SELAMAT DATANG di www.tanahrantau.blogspot.com....ENJOY WITH REUNI X SMADA 99 - 9 SEPTEMBER 2009 - DATANG KI.. BROOO..

Senin, 16 Februari 2009

Mengenal Diri sebelum Kenal Dunia Rantau


Mengenal tapal batas, jangan sekedar memahami mudahnya sesorang mencari pekerjaan kasar atau pesuruh, pahamilah orang-orang yang mempekerjakan dan orang-orang yang menyuruh.

Karena pekerjaan kasar mudah di kibuli dari yang mempekerjakan, sementara pekerjaan pesuruh mudah dipermainkan dan di bodoh-i dari orang yang menyuruh.
Merantau salah satu jalan, ketika sesorang ingin merubah nasib, bekerja keras, banting tulang merupakan kunci sukses di kala sesorang di negeri rantau, bukan sebagai benalu, yang kerjanya minta melulu, dengan mencari-cari alasan yang sifatnya menghiba menggantungkan hidup dengan orang lain, tampil dengan wajah kusut dan susah, bak kaum-kaum dhuafa sehingga majikan merasa kasihan dan mengasihani untuk memberikan bantuan.

Majikan, tak sekedar memberi bantuan, tetapi dibalik bantuan itu, ada sejumlah kepentingan terhadap orang yang di Bantu, minimal ia sebagai mesin yang bisa bekerja 24 jam, jika tidak melayani majikan, maka majikan tak segan-segan menghilangkan rasa kasihan terhadap orang yang dibantu itu, sehingga orang-orang yang telah di Bantu, sekali ingkar kepada majikan, maka satu-satunya cara agar rasa kasihan majikan itu kembali kepada sang peminta-peminta ini adalah dengan menjilat-jilat kaki majikannya ibarat ‘anjing’ menunggu tulang.

Sungguh naïf jika dalam perantauan sesorang menggantungkan hidupnya kepada orang lain, sementara ada segudang pengetahuan yang dimiliki tidak mereka manfaatkan, wajar kalau dedi mizwar mengatakan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa peminta-minta dimata dunia.

Dalam agama juga menjelaskan, nasib suatu kaum tidak akan berubah jika bukan dia sendiri yang merubahnya. Bukan orang lain, gunakan akal pikiran untuk merubah nasib. Jangan gunakan muka kasihan, dimata majikan, rasa kasihannya itu adalah fiktif belaka.

Keunikan prilaku orang-orang di perantauan juga terpampang jelas di depan mata dan harus dipahami, banyak orang ketika dalam suatu komunitas mudah untuk mencari jalan dekat dengan sang pemimpin, caranya mereka melakukan penjatuhan dan pembunuhan karakter kepada seorang dalam kolompoknya, menceritakan segala kejelekan, keburukan teman, bahkan sering mengutip ide-ide teman kelompoknya kemudian mengakuinya sebagai idenya sendiri di depan sang pemimpin, walaupun ide itu hanya sepeleh, bagi dia adalah dijadikan sebagai alat untuk mengutarakan pendekatannya dan cari muka kepada pemimpin di komunitasnya, meskipun teman sekelompoknya menganggap bahwa tingkahlakunya itu bermuka tebal. Tanpa peduli dengan pemahaman orang lain, yang penting asap di dapur rumah mengepul dan lambung tengah tidak kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar